Sejarah Singkat
“RADEN AJENG KARTINI”
April 21,
2013 by Chambali in Artikel, miraudlatulatfal.blogspot.com
Hari Kartini, begitulah kebanyakan dari kita menyebutnya.
Hari yang biasanya diperingati oleh kebanyakan kaum perempuan. Tanggal 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini
setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang
menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan
tanggal 21 April merupakan tanggal dimana memperingati Hari Kartini.
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21
April 1879. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu,
yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu
Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum wanita
penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala
perjuangan, dan tidak boleh lebih dari kaum laki-laki, dan
bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus
dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak
harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang sebagaimana
mestinya, kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya untuk
melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk belajar membaca, menulis dan
sebagainya. Dengan kata lain kaum wanita hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak
mempunyai hak sama sekali.
Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada waktu
itu, tidak dapat melihat kenyataan ini meskipun beliau dilahirkan didalam
lingkungan ditengah-tengah kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu
mempunyai taraf kehidupan sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak
yang hidup didalam lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang kebebasan
tetapi beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat biasa,
untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial
kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan : “Kita
harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan
keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus mendapat
pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki-laki”.
Dalam kondisi aturan-aturan adat pada saat itu,
Raden Ajeng Kartini berusaha untuk mendapat kesempatan bisa melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan
kaum penjajah dan bangsawan
yang umumnya hanya dapat dilakukan oleh kaum laki-laki pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan
kewanitaan lainnya.
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden
Ajeng Kartini secara berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi pasti
berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden
Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di
daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia
pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan
perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan
suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah
beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit
serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan
kecerdasan untuk bangsa indonesia dan khususnya
kaum wanita, melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat
dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak
yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak
antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga
mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju
jika kaum wanita ketinggalan.
Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil
menampakkan kaum wanita ditempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita
dari tempat gelap ketempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis
beliau yang terkenal, yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
·
Buku atau karya lain Ibu Kartini yang diterbitkan yaitu :
·
Surat-surat Kartini, Renungan tentang dan untuk bangsanya
·
Letters from Kartini, An Indonesia Feminist 1900-1904
·
Panggil Aku Kartini saja
·
Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon Mandiri dan
Suaminya
·
Aku Mau... Feminsme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini
kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Di Negeri Belanda Nama R.A. Kartini sewaktu
jamanya juga cukup dikenal, dan untuk mengenang Ibu Kartini, nama R.A. Kartini
digunakan sebagai nama jalan di beberapa tempat di negeri Belanda dengan nama
Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat.
Raden Ajeng Kartini meninggal dunia
dalam usia 25 tahun, beliau pergi meninggalkan Bangsa Indonesia dalam usia yang
relatif muda, yang masih penuh dengan cita-cita perjuangan dan daya kreasi yang
melimpah.
Tetapi perjuangan serta cita-cita beliau tetap berkumandang
dan berkembang, terbukti dalam masa pembangunan sekarang ini tidak sedikit kaum
wanita yang memegang peranan penting, baik dalam pemerintahan dalam bidang
swasta sesuai dengan profesi masing-masing.
Demikianlah pengungkapan kembali
sejarah perjuangan Raden Ajeng Kartini, semoga peringatan kali ini membawa
manfaat dan membulatkan tekad kita bersama dalam membangun masyarakat, bangsa
dan negara yang sangat kita cintai ini, dan kita dapat memetik buahnya serta
butir-butir perjuangan beliau demi kelanjutan perjuangan bangsa indonesia
umumnya dan perjuangan wanita khususnya.
Sekedar
untuk berbagi
pengetahuan saja. apalagi bertepatan dengan memperingati Hari Kartini pada
bulan ini, atau tepatnya pada tanggal 21 April 2013.
SEMOGA BERMANFAAT !!!